Pembangunan Binjai |
Pembangunan di Binjai pada masa pemerintahan Ali Umri memang pesat. Ada beberapa pembangunan pasar. Diantaranya adalah Sky Cross, Pasar Tavip, Pasar Tunggorono, Pasar Rambung dan Pasar Berngam. Namun, tidak terkelola dengan baik, seperti kata Anggota DPRD Binjai dari Komisi B Bagus Handoko yang mengatakan, sepertinya pemerintahan yang lalu hanya mau proyeknya saja. Tidak maksimalnya pengelolaan pasar menimbulkan masalah baru, yakni Pasar Rambung dan Sky Cross menjadi t empat mesum.
Bukan sedikit, Sky Cross, pasar yang dibagun delapan lantai ini menghabiskan uang rakyat senilai Rp 22 miliar dari APBD. Sia-sia rasanya, uang yang tidak sedikit itu, tidak bisa menghasilkan apa-apa, bahkan menambah kerugian lain, merusak generasi muda.
Seperti apa yang dikatakan Anggota DPRD Binjai dari Fraksi PKS, Suharjo, ia bilang permasalahan yang timbul akibat tidak terbengkalainya beberapa pasar di Binjai ini menjadi lahan berbuat mesum.
“Kalau hanya sekadar rugi tidak dimanfaatkan, ini bisa ditolerir, tapi kerugian itu jangan diperbesar dengan dampak negatif yang lain. Kita menjadi resah, akibat banyaknya laporan bahwa lokasi pasar Rambung ini dijadikan sebagai tempat mesum. Sky Cross bisa jadi seperti itu juga. Ini kan namanya menyediakan sarana untuk perbuatan amoral,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah yang sekarang cepat mengambil langkah, mau diapakan ke depannya. Jika terlalu lama, ini akan menimbulkan kerugian yang semakin besar.
“Sky Cross itu memang berkaitan dengan pemerintahan yang lama, itu merupakan ulah mereka, saya baru periode ini jadi dewan. Mengenai hasil audit dari BPK terhadap temuan yang terindikasi korupsi saya tidak tahu. Itu kan urusannya Pemko Binjai,” ujarnya.
Ia mengatakan, telah beberapa mengungkapkan ke Pemko tentang masalah ini. Pasar yang ada sekarang ini, lihatlah, dari sisi kebersihannya, kelayakannya.
”Kita harapkan agar pemerintah sekarang ini untuk mempermak dan membaguskan. Aktipkan pekan-pekan malam di tiap kampung, ini kan membantu, ekonomi kerakyatan juga namanya,” ujarnya.
Apalagi, tambahnya, kalau pasar Rambung, Tunggorono dan Sky Cross diaktipkan. Pasar Rambung, dibuat pasar ikan segar sore, Tunggorono dijadikan pasar buah. Jadi masing-masing ada spesialisasinya. Karena kalau bertumpu pada satu titik saja, ini akan menimbulkan masalah, kemacetan atau tindak kriminal.
Kita tinggal menunggu saja, aksi dari pemerintahan yang baru ini. Ini memang sudah beberapa kali kita ungkap di paripurna, pandangan fraksi dan andangan dewan. Cuma pada waktu itu APBD kan belum disahkan.
Mengenai informasi bahwa pasar Rambung sudah dijual di kepada pihak ketiga atau pribadi, ia mengatakan tidak tahu. Tapi menurutnya, itu merupakan asset Pemko, jadi seharusnya Pemko bisa memberdayakan itu.
”Permasalahan saat ini, pedagang tidak mau berjualan di dalam karena pembelinya sepi. Pembeli tidak meu membeli ke dalam karena belum terkelola dengan baik. Kalau Sky Cross, itu memang sulit. Dikasih gratis pun orang nggak mau, kalau barang itu masih ada dijual di bawah. Mereka tidak akan mau bersusah payah naik ke atas, kalau pun mau, itu karena tidak ada barang itu di bawah. Maka dari itu, Pemko harus bijak mengelolanya ke depan,” ujarnya.
Boleh saja dibuat pusat jual beli hand phone seperti Milllenium Plaza. Jadi, siapa yang butuh hand phone, berburu ke sana. Sama halnya seperti Tanah Abang, ada spesialisasinya, lantai sekian menjual ini, lantai sekian menjual itu.
Masalah lain adalah lahan parkir. Karena selama ini tidak ada lahan parkir yang disediakan. Kalau memanfaatkan sisi jalan, ini akan menyebabkan macet. Apalagi lokasi itu memang rawan macet. Bisa saja, lantai I dibuat lahan parkir. Ini juga bisa menambah PAD.
Bukan sedikit, Sky Cross, pasar yang dibagun delapan lantai ini menghabiskan uang rakyat senilai Rp 22 miliar dari APBD. Sia-sia rasanya, uang yang tidak sedikit itu, tidak bisa menghasilkan apa-apa, bahkan menambah kerugian lain, merusak generasi muda.
Seperti apa yang dikatakan Anggota DPRD Binjai dari Fraksi PKS, Suharjo, ia bilang permasalahan yang timbul akibat tidak terbengkalainya beberapa pasar di Binjai ini menjadi lahan berbuat mesum.
“Kalau hanya sekadar rugi tidak dimanfaatkan, ini bisa ditolerir, tapi kerugian itu jangan diperbesar dengan dampak negatif yang lain. Kita menjadi resah, akibat banyaknya laporan bahwa lokasi pasar Rambung ini dijadikan sebagai tempat mesum. Sky Cross bisa jadi seperti itu juga. Ini kan namanya menyediakan sarana untuk perbuatan amoral,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah yang sekarang cepat mengambil langkah, mau diapakan ke depannya. Jika terlalu lama, ini akan menimbulkan kerugian yang semakin besar.
“Sky Cross itu memang berkaitan dengan pemerintahan yang lama, itu merupakan ulah mereka, saya baru periode ini jadi dewan. Mengenai hasil audit dari BPK terhadap temuan yang terindikasi korupsi saya tidak tahu. Itu kan urusannya Pemko Binjai,” ujarnya.
Ia mengatakan, telah beberapa mengungkapkan ke Pemko tentang masalah ini. Pasar yang ada sekarang ini, lihatlah, dari sisi kebersihannya, kelayakannya.
”Kita harapkan agar pemerintah sekarang ini untuk mempermak dan membaguskan. Aktipkan pekan-pekan malam di tiap kampung, ini kan membantu, ekonomi kerakyatan juga namanya,” ujarnya.
Apalagi, tambahnya, kalau pasar Rambung, Tunggorono dan Sky Cross diaktipkan. Pasar Rambung, dibuat pasar ikan segar sore, Tunggorono dijadikan pasar buah. Jadi masing-masing ada spesialisasinya. Karena kalau bertumpu pada satu titik saja, ini akan menimbulkan masalah, kemacetan atau tindak kriminal.
Kita tinggal menunggu saja, aksi dari pemerintahan yang baru ini. Ini memang sudah beberapa kali kita ungkap di paripurna, pandangan fraksi dan andangan dewan. Cuma pada waktu itu APBD kan belum disahkan.
Mengenai informasi bahwa pasar Rambung sudah dijual di kepada pihak ketiga atau pribadi, ia mengatakan tidak tahu. Tapi menurutnya, itu merupakan asset Pemko, jadi seharusnya Pemko bisa memberdayakan itu.
”Permasalahan saat ini, pedagang tidak mau berjualan di dalam karena pembelinya sepi. Pembeli tidak meu membeli ke dalam karena belum terkelola dengan baik. Kalau Sky Cross, itu memang sulit. Dikasih gratis pun orang nggak mau, kalau barang itu masih ada dijual di bawah. Mereka tidak akan mau bersusah payah naik ke atas, kalau pun mau, itu karena tidak ada barang itu di bawah. Maka dari itu, Pemko harus bijak mengelolanya ke depan,” ujarnya.
Boleh saja dibuat pusat jual beli hand phone seperti Milllenium Plaza. Jadi, siapa yang butuh hand phone, berburu ke sana. Sama halnya seperti Tanah Abang, ada spesialisasinya, lantai sekian menjual ini, lantai sekian menjual itu.
Masalah lain adalah lahan parkir. Karena selama ini tidak ada lahan parkir yang disediakan. Kalau memanfaatkan sisi jalan, ini akan menyebabkan macet. Apalagi lokasi itu memang rawan macet. Bisa saja, lantai I dibuat lahan parkir. Ini juga bisa menambah PAD.